Senin, 30 April 2012
~ DAN AL QUR'AN sebagai PETUNJUK ~
"Katakanlah:"Al qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman."(QS 41:44)
>>>Al qur'an,,,,merupakan teman yang paling setia,paling dekat dan merupakan penghantar yang terindah.
Bersamanya ada jalan keluar dari segala kesulitan,kepayahan,penderitaan,duka cita dalam kehidupan yang dpenuhi kekeruhan.
>>>Al qur'an,,,,,Ia bisa sebagai obat membalut luka ,pelipur lara yang menyejukkan.
Meringankan penderitaan,mengusir segala kesepian dan menghilangkan rasa kejenuhan di saat kesendirian.
>>Bersamanya laksana berada di sebuah taman yang ridang,menyejukkan dan menyenangkan.
>>>Al qur'an,,,,,mampu menggugah perasaan,menyentuh nurani,menggugah alam kesadaran dan membangkitkan semangat di dalam jiwa.
>>>Al qur'an,,,,menyimpan rahasia2,meringankan beban,membantu dan menyenangkan dalam banyak urusan.
>>>Bersama Al qur'an,,,akal menjadi tumbuh,jiwa menjadi bersih,keyakinan & kepercayaan smkin bertambah.
>>>Bertemankan al qur'an,,,terus berbicara dengannya,terus mengulangi kata2nya,menggali rahasianya tidaklah kita merasa jemu untuk mendampinginya dan BERTEMAN dengannya.
"Siapa saja membaca satu huruf dari kitab ALLAH (Al-Qur'an),maka baginya satu kebaikan,dan satu kebaikan itu dbalas dengan sepuluh kali lipatnya".(HR.At-Tirmidzi)
"Siapa saja membaca Al-qur'an,mempelajarinya & mengamalkannya,mak dipakaikan kpd kedua orangtuanya pada hari kiamat mahkota dari cahaya yang sinarnya bgaikan snr matahari,dan dikenakan kepada kedua orang tuanya dua perhiasan yang nilainya tidak tertandingi oleh dunia.
Keduanya bertanya,"Bagaimana dpakaikan kepada kami smua itu?'Di jawab,"Karena anakmu telah membawa Al-Qur'an."(HR.Al Hakim)
>>>"Bacalah Al-qur'an karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa'at kepada para ahlinyap"(HR.Muslim)
SALAM UKHUWAH,,,,
wassalamualaikum wr wb
ALLAH
Kepada Tuhan…..
Tuhan sudah sekian lama aku tidak menyapa Mu
Sudah sekian lama aku jalan sendiri
Sudah sekian tahun aku tak mempedulikan Mu
Aku rindu untuk menyapa Mu
Aku rindu akan kasih sayang Mu
Aku rindu ingin berada di dekat Mu
Aku rindu kedamaian yang Kau berikan kepadaku
Aku masih ingat betapa sejuknya siraman cahya Mu di hatiku
Betapa Kau manjakan hamba ini dengan segala nikmatnya kedaiaman
Aku tidak akan pernah melupakan itu
Tapi aku jatuh ke dalam gemerlapnya kehidupan
Aku terlena akan keindahan fana
Entah mengapa Kau menjadi asing bagiku
Marahkan Kau Tuhan….
Aku yakin Kau Maha Tahu
Kau maha Pengasih
Kau lah Maha pengampun
Segala yang hamba lakukan sebagai hamba yang kotor
Sebagai hamba yang terlalu hina
Kau pasti mengampuni hamba Mu ini
Aku bosan menjalani sendiri
Aku kesepian tanpa Mu Tuhan
Ijinkan aku mendekat kepada Mu
Kuatkan hati dan langkah ini
Berilah cahya Mu tuk menerangi jalan ke hadapan Mu
Berilah kedaiman yang pernah aku dapatkan dari Mu
Tuhan…..
Hanya Kau lah yang Maha Pengasih dan Segala Kebaikan
KELUARGA QUR'ANI
.
...*...*...*...*...*...*...*...*...*...*...*...*...*
"Ya Rabb kami,anugerahkanlah kami,istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati(kami) dan jadikanlah kami imam bagi orang2 yg bertaqwa". (QS.Al-Furqan:74)
Ketika akad di ucapkan dan tangan wali perempuan di jabat,maka bermulalah babak baru dalam proses pembentukan keluarga Al-Qur'an.Episode yang sukar diduga.
Pernikahan mengikat dua insan yang amat berbeda.Brbeda pribadi,brbeda latar belakang,pengalaman hidup,kefahaman bahkan kebiasaan2 yg di lalui dlm hidupnya.
Ketika itu kekuatan akidah,pemahaman fikrah,keteguhan azam,kesabaran dan kedewasaan serta kematangan menjadi penting utk mghadapi prbedaan2 tersebut.
Sekaligus menjadikam kedua pribadi yg berbeda itu saling melengkapi dan menguatkan antara satu sama lain.
Bukannya saling memperlecehkan dan melemahkan.
Akan tetapi dalam mengayuh biduk rumah tangga baru,kesungguhan untuk menegakn kehidupan al-qur'an di uji.
Di sinilah "partnership"(kerjasama) antara suami & istri menjadi modal penting.
Suami sebagai ketua keluarga boleh tidak meletakkan kedudukan istri sekedar sebagai pengikut.??
Istri seharusnya juga tampil sebagai rekan berbagi yang baik.
Rekan berbagi yang dapat mendorong suaminya dalam kebaikan.
Mengingatkan jika terlupa / lalai,bahkan menegur jika suami melakukan kesalahan.
Usaha untuk saling membetulkn,membant keluarga untuk terus istiqamah.
Merebut gelar keluarga Al-Qur'an.hingga bertemu Rabb Radhiyatan Mardhiyyah. Amiin...
Jika keluarga tidak di bangun di atas landasan Al-Qur'an dan Sunnah..akan dibangun diatas apa lagi yg lebih baek.......???
SALAM SETULUS hanya karena ALLAH semata.,,,,,
.........*.........*.........*.........*.........*...........*........
.
...*...*...*...*...*...*...*...*...*...*...*...*...*
"Ya Rabb kami,anugerahkanlah kami,istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati(kami) dan jadikanlah kami imam bagi orang2 yg bertaqwa". (QS.Al-Furqan:74)
Ketika akad di ucapkan dan tangan wali perempuan di jabat,maka bermulalah babak baru dalam proses pembentukan keluarga Al-Qur'an.Episode yang sukar diduga.
Pernikahan mengikat dua insan yang amat berbeda.Brbeda pribadi,brbeda latar belakang,pengalaman hidup,kefahaman bahkan kebiasaan2 yg di lalui dlm hidupnya.
Ketika itu kekuatan akidah,pemahaman fikrah,keteguhan azam,kesabaran dan kedewasaan serta kematangan menjadi penting utk mghadapi prbedaan2 tersebut.
Sekaligus menjadikam kedua pribadi yg berbeda itu saling melengkapi dan menguatkan antara satu sama lain.
Bukannya saling memperlecehkan dan melemahkan.
Akan tetapi dalam mengayuh biduk rumah tangga baru,kesungguhan untuk menegakn kehidupan al-qur'an di uji.
Di sinilah "partnership"(kerjasama) antara suami & istri menjadi modal penting.
Suami sebagai ketua keluarga boleh tidak meletakkan kedudukan istri sekedar sebagai pengikut.??
Istri seharusnya juga tampil sebagai rekan berbagi yang baik.
Rekan berbagi yang dapat mendorong suaminya dalam kebaikan.
Mengingatkan jika terlupa / lalai,bahkan menegur jika suami melakukan kesalahan.
Usaha untuk saling membetulkn,membant keluarga untuk terus istiqamah.
Merebut gelar keluarga Al-Qur'an.hingga bertemu Rabb Radhiyatan Mardhiyyah. Amiin...
Jika keluarga tidak di bangun di atas landasan Al-Qur'an dan Sunnah..akan dibangun diatas apa lagi yg lebih baek.......???
SALAM SETULUS hanya karena ALLAH semata.,,,,,
.........*.........*.........*.........*.........*...........*........
.
MENJEMPUT SANG JODOH
MENJEMPUT SANG JODOH
Hampir semua orang ingin menikah. Hanya saja, jodoh tak kunjung datang. Bagaimana agar mudah jodoh?
Menyegerakan nikah bagi yang sudah siap merupakan hal yang positif karena dapat menghindarkan diri dari perbuatan maksiat seperti perzinahan. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits, “Wahai para pemuda! Barangsiapa di antara kamu telah siap nikah, maka segeralah menikah, karena nikah itu dapat memelihara pandangan dan menjaga (kesucian) faraj” (HR Bukhari-Muslim).
Hal ini sejalan dengan Firman Allah “Dan (segeralah) menikah orang-orang yang masih sendiri di antara kamu, dan orang-orang yang pantas menikah di antara hamba-hamba sahayamu yang shaleh baik perempuan maupun wanita…” (QS An-Nuur: 32).
Namun demikian, mencari jodoh ternyata tak semudah membalikkan tangan. Banyak yang menginginkan pernikahan, namun sang jodoh tak kunjung tiba. Hal ini terutama jadi masalah bagi wanita karena sering muncul persepsi bahwa tak pantas seorang wanita bersikap proaktif. Bagi kaum wanita jodoh seolah hanya bisa ditunggu.
Persepsi keliru mengenai jodoh yang menyebabkan tertundanya pernikahan diantaranya adalah, karena jodoh ada di tangan Allah, maka kita tidak perlu berusaha. Hal ini tentu saja keliru, dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa, “Allah tidak akan mengubah nasib seseorang sebelum ia mengubah dirinya (QS Ar-Ra’du: 11). Bagaimanapun harus ada upaya untuk terbukanya jalan bagi sang jodoh. Lalu upaya apa saja yang bisa dilakukan agar jodoh segera datang?
Meningkatkan Ilmu dan Amal
Ilmu dan amal adalah dua hal yang harus kita upayakan setiap saat. Ilmu adalah bekal dalam mengarungi rumah tangga. Dengan ketinggian ilmu dan keimanan, Allah meningkatkan derajat manusia.
Senantiasa berakhlaq yang baik merupakan faktor yang sangat penting dalam mencari jodoh. Janji Allah “Wanita-wanita yang keji diperuntukkan bagi laki-laki yang keji. Laki-laki yang keji diperuntukkan bagi wanita yang keji. Dan wanita-wanita yang baik diperuntukkan bagi laki-laki yang baik. Laki-laki yang baik diperuntukkan bagi wanita yang baik” (QS An-Nuur: 26). Jika menginginkan jodoh yang baik, tinggal kita memacu diri kita untuk senantiasa berakhlaq baik.
Memperluas Pergaulan
Seorang yang terbatas pergaulannya akan mempersempit interaksi dengan pihak luar. Hal ini akan membatasi pula peluang untuk mendapatkan pasangan. Meluaskan pergaulan bukan berarti selalu dengan lawan jenis. Sebaiknya melakukan pergaulan di lingkungan yang baik pula. Mencari lingkungan yang baik bisa dengan mengikuti pengajian. Setidaknya orang yang datang ke pengajian adalah orang-orang yang berniat baik dan ingin berubah menuju kebaikan. Cara lain bisa dengan memasuki organisasi Islam atau organisasi yang bersifat sosial dan kemanusiaan.
Melakukan Ikhtiar
Berkaca pada sejarah pernikahan Nabi Shallallahu’alaihi wasallam, melihat akhlak dan kemulian pemuda Muhammad, Khadijah meminta Nafizah binti Munyah untuk membuka jalan ke arah pernikahan. Khadijah menawari Muhammad untuk menikahinya. Ternyata Muhammad menerimanya. Berdasarkan kisah ini, seorang wanita bisa proaktif dalam mencari jodoh. Terkadang karena tradisi bangsa Timur, seolah tabu jika seorang wanita menyampaikan isi hatinya pada seorang laki-laki.
Seperti halnya Khadijah, bisa menggunakan pihak ketiga untuk mencarikan pasangan atau mencarikan informasi tentang seseorang atau sekedar menyampaikan maksud pada orang yang dipilih. Orang ketiga ini harus yang amanah dan bisa dipercaya. Orang ketiga tidak usah jauh, bisa orang tua sendiri, saudara, teman, atau guru ngaji.
Belakangan ini berkembang Biro Perjodohan yang berpegang pada nilai-nilai Islam. Tak ada salahnya mengikuti program seperti ini untuk menuju jenjang pernikahan yang sakinah, mawaddah warahmah.
Tidak Mempersulit Diri
Ada kalanya seseorang mengharapkan pasangan yang sangat ideal dan sempurna. Hal ini tentu saja akan menyulitkan dalam mendapatkan pasangan. Terlalu banyak syarat tertentu di luar hal yang prinsip akan menghambat perjalanan menuju jenjang pernikahan. Menurut Rasulullah, “Wanita itu dinikahi karena hartanya, kecantikannya, keturunannya dan agamanya (keislamannya). Pilihlah agamanya agar kamu selamat (HR Bukhari)
Hadits di atas dengan jelas menganjurkan agar memprioritaskan agamanya. Jangan karena pilih-pilih penampilan, harta dan keturunannya sehingga kita sulit mendapatkan pasangan. Ada kalanya adat istiadat juga turut berperan. Pada suku tertentu, dilarang seseorang menikah mendahului kakaknya. Hal ini tidak sesuai dengan syariat Islam, sehingga yang sudah siap menikah malah dihambat.
Senantiasa Yakin dan Berdoa
Dalam ayat Al-Qur’an disebutkan “Dan Allah telah menjadikan jodoh-jodoh kamu sekalian dari jenismu sendiri, lalu menjadikan anak-anak dan cucu bagi kamu dari jodoh-jodohmu (An-Nahl: 72). Ini menunjukkan bahwa setiap orang akan diberi jodoh. Kita harus yakin dan tidak boleh pesimis, asalkan disertai usaha dan ikhtiar.
Berdoa adalah sarana untuk menyampaikan keinginan dan permohonan pada Sang Pemilik Kehidupan. Allah maha tahu getaran hati kita selembut apapun. Dengan berdoa keinginan kita akan dikabulkan Allah Subhanahu wata’ala. Seperti disebutkan dalam Al-Qur’an “Berdoalah kepada-Ku niscaya akan kuperkenankan bagimu”.
Jodoh merupakan misteri, kita tidak pernah tahu siapa yang akan menjadi jodoh kita. Oleh karena itu, seseorang yang ingin segera menikah, sebaiknya terus berdoa agar hadirnya seseorang yang akan jadi pendamping hidup bisa segera terlaksana.
Hampir semua orang ingin menikah. Hanya saja, jodoh tak kunjung datang. Bagaimana agar mudah jodoh?
Menyegerakan nikah bagi yang sudah siap merupakan hal yang positif karena dapat menghindarkan diri dari perbuatan maksiat seperti perzinahan. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits, “Wahai para pemuda! Barangsiapa di antara kamu telah siap nikah, maka segeralah menikah, karena nikah itu dapat memelihara pandangan dan menjaga (kesucian) faraj” (HR Bukhari-Muslim).
Hal ini sejalan dengan Firman Allah “Dan (segeralah) menikah orang-orang yang masih sendiri di antara kamu, dan orang-orang yang pantas menikah di antara hamba-hamba sahayamu yang shaleh baik perempuan maupun wanita…” (QS An-Nuur: 32).
Namun demikian, mencari jodoh ternyata tak semudah membalikkan tangan. Banyak yang menginginkan pernikahan, namun sang jodoh tak kunjung tiba. Hal ini terutama jadi masalah bagi wanita karena sering muncul persepsi bahwa tak pantas seorang wanita bersikap proaktif. Bagi kaum wanita jodoh seolah hanya bisa ditunggu.
Persepsi keliru mengenai jodoh yang menyebabkan tertundanya pernikahan diantaranya adalah, karena jodoh ada di tangan Allah, maka kita tidak perlu berusaha. Hal ini tentu saja keliru, dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa, “Allah tidak akan mengubah nasib seseorang sebelum ia mengubah dirinya (QS Ar-Ra’du: 11). Bagaimanapun harus ada upaya untuk terbukanya jalan bagi sang jodoh. Lalu upaya apa saja yang bisa dilakukan agar jodoh segera datang?
Meningkatkan Ilmu dan Amal
Ilmu dan amal adalah dua hal yang harus kita upayakan setiap saat. Ilmu adalah bekal dalam mengarungi rumah tangga. Dengan ketinggian ilmu dan keimanan, Allah meningkatkan derajat manusia.
Senantiasa berakhlaq yang baik merupakan faktor yang sangat penting dalam mencari jodoh. Janji Allah “Wanita-wanita yang keji diperuntukkan bagi laki-laki yang keji. Laki-laki yang keji diperuntukkan bagi wanita yang keji. Dan wanita-wanita yang baik diperuntukkan bagi laki-laki yang baik. Laki-laki yang baik diperuntukkan bagi wanita yang baik” (QS An-Nuur: 26). Jika menginginkan jodoh yang baik, tinggal kita memacu diri kita untuk senantiasa berakhlaq baik.
Memperluas Pergaulan
Seorang yang terbatas pergaulannya akan mempersempit interaksi dengan pihak luar. Hal ini akan membatasi pula peluang untuk mendapatkan pasangan. Meluaskan pergaulan bukan berarti selalu dengan lawan jenis. Sebaiknya melakukan pergaulan di lingkungan yang baik pula. Mencari lingkungan yang baik bisa dengan mengikuti pengajian. Setidaknya orang yang datang ke pengajian adalah orang-orang yang berniat baik dan ingin berubah menuju kebaikan. Cara lain bisa dengan memasuki organisasi Islam atau organisasi yang bersifat sosial dan kemanusiaan.
Melakukan Ikhtiar
Berkaca pada sejarah pernikahan Nabi Shallallahu’alaihi wasallam, melihat akhlak dan kemulian pemuda Muhammad, Khadijah meminta Nafizah binti Munyah untuk membuka jalan ke arah pernikahan. Khadijah menawari Muhammad untuk menikahinya. Ternyata Muhammad menerimanya. Berdasarkan kisah ini, seorang wanita bisa proaktif dalam mencari jodoh. Terkadang karena tradisi bangsa Timur, seolah tabu jika seorang wanita menyampaikan isi hatinya pada seorang laki-laki.
Seperti halnya Khadijah, bisa menggunakan pihak ketiga untuk mencarikan pasangan atau mencarikan informasi tentang seseorang atau sekedar menyampaikan maksud pada orang yang dipilih. Orang ketiga ini harus yang amanah dan bisa dipercaya. Orang ketiga tidak usah jauh, bisa orang tua sendiri, saudara, teman, atau guru ngaji.
Belakangan ini berkembang Biro Perjodohan yang berpegang pada nilai-nilai Islam. Tak ada salahnya mengikuti program seperti ini untuk menuju jenjang pernikahan yang sakinah, mawaddah warahmah.
Tidak Mempersulit Diri
Ada kalanya seseorang mengharapkan pasangan yang sangat ideal dan sempurna. Hal ini tentu saja akan menyulitkan dalam mendapatkan pasangan. Terlalu banyak syarat tertentu di luar hal yang prinsip akan menghambat perjalanan menuju jenjang pernikahan. Menurut Rasulullah, “Wanita itu dinikahi karena hartanya, kecantikannya, keturunannya dan agamanya (keislamannya). Pilihlah agamanya agar kamu selamat (HR Bukhari)
Hadits di atas dengan jelas menganjurkan agar memprioritaskan agamanya. Jangan karena pilih-pilih penampilan, harta dan keturunannya sehingga kita sulit mendapatkan pasangan. Ada kalanya adat istiadat juga turut berperan. Pada suku tertentu, dilarang seseorang menikah mendahului kakaknya. Hal ini tidak sesuai dengan syariat Islam, sehingga yang sudah siap menikah malah dihambat.
Senantiasa Yakin dan Berdoa
Dalam ayat Al-Qur’an disebutkan “Dan Allah telah menjadikan jodoh-jodoh kamu sekalian dari jenismu sendiri, lalu menjadikan anak-anak dan cucu bagi kamu dari jodoh-jodohmu (An-Nahl: 72). Ini menunjukkan bahwa setiap orang akan diberi jodoh. Kita harus yakin dan tidak boleh pesimis, asalkan disertai usaha dan ikhtiar.
Berdoa adalah sarana untuk menyampaikan keinginan dan permohonan pada Sang Pemilik Kehidupan. Allah maha tahu getaran hati kita selembut apapun. Dengan berdoa keinginan kita akan dikabulkan Allah Subhanahu wata’ala. Seperti disebutkan dalam Al-Qur’an “Berdoalah kepada-Ku niscaya akan kuperkenankan bagimu”.
Jodoh merupakan misteri, kita tidak pernah tahu siapa yang akan menjadi jodoh kita. Oleh karena itu, seseorang yang ingin segera menikah, sebaiknya terus berdoa agar hadirnya seseorang yang akan jadi pendamping hidup bisa segera terlaksana.
ALHAMDULILLAH
KIAT AGAR SELALU BERSYUKUR
Salah satu kenikmatan yang dianugerahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-Nya adalah rasa syukur. Nikmat inilah yang akan menggolongkan seseorang apakah termasuk manusia kufur atau sebaliknya, pandai bersyukur.
Untuk menjadi hamba yang senantiasa bersyukur kita harus memahami prinsip-prinsip berikut ini.
1. Memahami Makna dan Hakekat Syukur
Ar-Raghib al-Asfahani dalam bukunya al-Mufradat fii Gharib al-Quran menyatakan syukur sebagai gambaran kenikmatan yang diterima seseorang yang tercermin dalam penampilannya.
Dasar dari kata ‘syukur’ adalah ‘membuka’. Kebalikan dari kata ‘kufur’ yang berarti ‘menutup’. Dalam kamus bahasa Indonesia, ‘syukur’ berarti rasa terima kasih.
Hakekat syukur adalah menampakkan nikmat Allah Ta’ala dengan menyebut-nyebut Sang Pemberi nikmat secara lisan. Sedangkan kufur adalah menyembunyikan nikmat-Nya.
Dengan demikian, syukur adalah bagaimana menampakkan nikmat sesuai dengan fungsi dan kegunaannya melalui petunjuk al-Qur`an dan al-Hadits.
Allah Ta’ala berfirman, ”Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur).” (adh-Dhuha [93]: 11)
2. Menerima Syukur Sebagai Kewajiban
Allah Ta’ala berfirman, ”Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku,” (al-Baqarah:152).
Sebagian ulama menjelaskan bahwa ayat ini mengandung perintah untuk mengingat Allah Ta’ala tanpa melupakan-Nya, patuh kepada-Nya tanpa mendurhakai-Nya.
Hal ini menunjukkan bahwa makna bersyukur sebenarnya menghadirkan Allah Ta’ala di segenap nikmat-nikmat-Nya. Dengan mensyukuri nikmat-Nya maka secara otomatis kita telah mengakui eksistensi Allah Ta’ala dalam kehidupan ini.
3. Meninggalkan Kufur Nikmat
Qarun adalah simbol manusia yang mengingkari nikmat dan anugerah Allah Ta’ala. Bahkan, dia berani menegaskan kalau semua yang diperolehnya semata-mata karena kemampuannya. Dengan kata lain, ia telah kufur nikmat.
Firman Allah Ta’ala, ”Qarun berkata, ’Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.’ Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu tentang dosa-dosa mereka,” (al-Qashshas [28]:78).
Adapun untuk mewujudkan syukur yang sempurna, kita harus memenuhi ruang lingkup berikut ini.
1. Berawal dari Pribadi
Allah Ta’ala berfirman, ”Dan barang siapa bersyukur, maka sesungguhnya ia mensyukuri dirinya sendiri dan barang siapa yang kufur maka sesungguhnya Tuhan-Ku Maha Kaya lagi Mulia,” (an-Naml [27]: 40).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) juga bersabda, ”Allah senang melihat (bukti) nikmat-Nya dalam penampilan hamba-Nya,” (Riwayat Tarmizi).
Implementasi syukur ada pada perbuatan dan tindakan nyata sehari-hari. Makna inilah yang dipahami Rasulullah SAW ketika ‘Aisyah, isteri beliau, mendapati beliau senantiasa melaksanakan shalat malam tanpa henti. Bahkan, seakan-akan memaksakan diri hingga kakinya bengkak-bengkak.
Saat ditanya oleh ‘Aisyah apa latar belakang kesungguhan beribadah tersebut, Rasulullah SAW menjawab, “Tidakkah (pantas jika) aku menjadi hamba Allah yang bersyukur?” (Riwayat Bukhari).
Dalam hal ini, Ibnul Qayyim menyebutkan tiga dimensi yang harus ada dalam bersyukur.
Pertama, bersyukur dengan lisan
Wujudnya adalah pengakuan terhadap nikmat Allah Ta’ala sambil memuji-Nya dengan ungkapan ‘alhamdulillah’. Ungkapan ini disampaikan secara lisan kepada Yang Dipuji, secara ikhlas dengan pengakuan yang mendalam, dan dengan penuh kekaguman.
Menurut ahli bahasa, kata ‘alhamdulillah’ disebut sebagai al-istighraq, yang mengandung arti ‘keseluruhan’.
Yang paling berhak menerima segala pujian hanya Allah Ta’ala, bahkan segala pujian harus tertuju dan bermuara kepada-Nya saja.
Jika mata dan hati kita secara sadar menyaksikan dan merasakan nikmat yang tak ternilai harganya, maka akan terurailah kata-kata itu sebagaimana firman Allah Ta’ala, ”Seandainya kamu (akan) menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan sanggup menghitungnya,” (Ibrahim [14]: 34).
Kedua, bersyukur dengan hati
Dimensi syukur ini dilakukan dengan menyadari sepenuhnya bahwa nikmat yang diperoleh semata-mata karena anugerah dan kemurahan Allah Ta’ala. Syukur dengan hati mengantar manusia untuk menerima anugerah dengan penuh kerelaan tanpa keberatan, betapa pun kecilnya nikmat tersebut.
Syukur ini memberikan kesadaran betapa besarnya kemurahan dan kasih sayang Allah Ta’ala sehingga terlontar dari lidahnya pujian kepada-Nya.
Bahkan, syukur yang berangkat dari hati dan pikiran seperti ini akan terekspresi dalam bentuk sujud, yakni sujud syukur.
Ketiga, bersyukur dengan perbuatan
Seluruh anggota badan manusia diciptakan Allah Ta’ala sebagai nikmat. Implementasi dari rasa syukur ini adalah dengan menggunakan semua anggota tubuh tersebut untuk hal-hal yang positif saja.
Shalat seseorang merupakan bukti syukurnya. Puasa dan zakat seseorang juga bukti syukurnya. Apapun kebaikan yang dilakukan seseorang karena Allah Ta’ala adalah implementasi syukur.
Hal ini disimpulkan oleh Muhammad bin Ka’ab Al-Quradhi bahwa syukur pada intinya adalah bertakwa kepada Allah Ta’ala dengan beribadah dan beramal shaleh.
2. Lingkup Keluarga
Teladan Nabi Daud Alaihissalam dalam bersyukur tergambar dalam Hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim. Rasulullah SAW bersabda, “Shalat yang paling dicintai Allah adalah shalat Nabi Daud; ia tidur setengah malam, kemudian bangun sepertiganya dan tidur seperenam malam. Puasa yang paling dicintai Allah juga adalah Puasa Daud; ia puasa sehari, kemudian ia berbuka di hari berikutnya, dan begitu seterusnya.”
Dalam riwayat Ibnu Abi Hatim dari Tsabit Al-Bunani dijelaskan bagaimana Nabi Daud membagi waktu shalat istri, anak, dan seluruh keluarganya, sehingga tidak ada sedikit waktu pun, baik siang maupun malam, kecuali ada salah seorang dari mereka sedang menjalankan shalat (sesuai syariat Nabi Daud).
Dalam hal mencari rezeki, keteladanan Nabi Daud juga diabadikan dalam beberapa Hadits yang menyebut tentang keutamaan bekerja. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seseorang itu makan makanan lebih baik dari hasil kerja tangannya sendiri. Karena sesungguhnya Nabi Daud senantiasa makan dari hasil kerja tangannya sendiri.”
Nabi Daud bekerja tentunya bukan atas dasar tuntutan kebutuhan hidup karena ia seorang raja yang sudah tercukupi kebutuhannya. Namun, ia memilih sesuatu yang utama sebagai wujud rasa syukurnya yang tiada terhingga kepada Allah Ta’ala.
3. Lingkup Negara
Wujud syukur dalam lingkup ini adalah dengan menegakkan syariat Islam. Allah Ta’ala berfirman, ”Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui,” (al-Jaatsiyah [45]: 18).
Penerapan syariat Islam merupakan rasa syukur atas nikmat iman dan Islam, terlebih di negeri-negeri Muslim yang tengah dilanda berbagai macam krisis kehidupan.
Kewajiban menegakkan syariat Islam menjadi konsekuensi sekaligus solusi atas berbagai persoalan umat. Syariat Islam dibebankan kepada setiap mukallaf, pemimpin, dan orang yang memiliki tanggungjawab, baik lembaga negara atau lainnya.
Semua diperintahkan untuk menegakkan keadilan, amar ma’ruf nahi munkar, dan menghukum sesuai dengan hukum Allah Ta’ala. Rasulullah SAW dan para Sahabat telah melaksanakan tugas tersebut. Nabi Muhammad SAW, telah menegakkan syariat di seluruh aspek kehidupan, sejak berdirinya negara Madinah Al-Munawarah, hingga setelah beliau wafat.
Kita sudah memahami bahwa kekuatan hukum yang dibuat oleh lembaga yang lebih tinggi tidak boleh ditentang oleh lembaga yang lebih rendah. Syariat Islam merupakan hukum yang tertinggi. Karenanya, tidak boleh ada aturan yang dibuat manusia yang bertentangan dengan aturan Allah Ta’ala.
Wallahu a’lam bish shawab.
Salah satu kenikmatan yang dianugerahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-Nya adalah rasa syukur. Nikmat inilah yang akan menggolongkan seseorang apakah termasuk manusia kufur atau sebaliknya, pandai bersyukur.
Untuk menjadi hamba yang senantiasa bersyukur kita harus memahami prinsip-prinsip berikut ini.
1. Memahami Makna dan Hakekat Syukur
Ar-Raghib al-Asfahani dalam bukunya al-Mufradat fii Gharib al-Quran menyatakan syukur sebagai gambaran kenikmatan yang diterima seseorang yang tercermin dalam penampilannya.
Dasar dari kata ‘syukur’ adalah ‘membuka’. Kebalikan dari kata ‘kufur’ yang berarti ‘menutup’. Dalam kamus bahasa Indonesia, ‘syukur’ berarti rasa terima kasih.
Hakekat syukur adalah menampakkan nikmat Allah Ta’ala dengan menyebut-nyebut Sang Pemberi nikmat secara lisan. Sedangkan kufur adalah menyembunyikan nikmat-Nya.
Dengan demikian, syukur adalah bagaimana menampakkan nikmat sesuai dengan fungsi dan kegunaannya melalui petunjuk al-Qur`an dan al-Hadits.
Allah Ta’ala berfirman, ”Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur).” (adh-Dhuha [93]: 11)
2. Menerima Syukur Sebagai Kewajiban
Allah Ta’ala berfirman, ”Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku,” (al-Baqarah:152).
Sebagian ulama menjelaskan bahwa ayat ini mengandung perintah untuk mengingat Allah Ta’ala tanpa melupakan-Nya, patuh kepada-Nya tanpa mendurhakai-Nya.
Hal ini menunjukkan bahwa makna bersyukur sebenarnya menghadirkan Allah Ta’ala di segenap nikmat-nikmat-Nya. Dengan mensyukuri nikmat-Nya maka secara otomatis kita telah mengakui eksistensi Allah Ta’ala dalam kehidupan ini.
3. Meninggalkan Kufur Nikmat
Qarun adalah simbol manusia yang mengingkari nikmat dan anugerah Allah Ta’ala. Bahkan, dia berani menegaskan kalau semua yang diperolehnya semata-mata karena kemampuannya. Dengan kata lain, ia telah kufur nikmat.
Firman Allah Ta’ala, ”Qarun berkata, ’Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.’ Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu tentang dosa-dosa mereka,” (al-Qashshas [28]:78).
Adapun untuk mewujudkan syukur yang sempurna, kita harus memenuhi ruang lingkup berikut ini.
1. Berawal dari Pribadi
Allah Ta’ala berfirman, ”Dan barang siapa bersyukur, maka sesungguhnya ia mensyukuri dirinya sendiri dan barang siapa yang kufur maka sesungguhnya Tuhan-Ku Maha Kaya lagi Mulia,” (an-Naml [27]: 40).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) juga bersabda, ”Allah senang melihat (bukti) nikmat-Nya dalam penampilan hamba-Nya,” (Riwayat Tarmizi).
Implementasi syukur ada pada perbuatan dan tindakan nyata sehari-hari. Makna inilah yang dipahami Rasulullah SAW ketika ‘Aisyah, isteri beliau, mendapati beliau senantiasa melaksanakan shalat malam tanpa henti. Bahkan, seakan-akan memaksakan diri hingga kakinya bengkak-bengkak.
Saat ditanya oleh ‘Aisyah apa latar belakang kesungguhan beribadah tersebut, Rasulullah SAW menjawab, “Tidakkah (pantas jika) aku menjadi hamba Allah yang bersyukur?” (Riwayat Bukhari).
Dalam hal ini, Ibnul Qayyim menyebutkan tiga dimensi yang harus ada dalam bersyukur.
Pertama, bersyukur dengan lisan
Wujudnya adalah pengakuan terhadap nikmat Allah Ta’ala sambil memuji-Nya dengan ungkapan ‘alhamdulillah’. Ungkapan ini disampaikan secara lisan kepada Yang Dipuji, secara ikhlas dengan pengakuan yang mendalam, dan dengan penuh kekaguman.
Menurut ahli bahasa, kata ‘alhamdulillah’ disebut sebagai al-istighraq, yang mengandung arti ‘keseluruhan’.
Yang paling berhak menerima segala pujian hanya Allah Ta’ala, bahkan segala pujian harus tertuju dan bermuara kepada-Nya saja.
Jika mata dan hati kita secara sadar menyaksikan dan merasakan nikmat yang tak ternilai harganya, maka akan terurailah kata-kata itu sebagaimana firman Allah Ta’ala, ”Seandainya kamu (akan) menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan sanggup menghitungnya,” (Ibrahim [14]: 34).
Kedua, bersyukur dengan hati
Dimensi syukur ini dilakukan dengan menyadari sepenuhnya bahwa nikmat yang diperoleh semata-mata karena anugerah dan kemurahan Allah Ta’ala. Syukur dengan hati mengantar manusia untuk menerima anugerah dengan penuh kerelaan tanpa keberatan, betapa pun kecilnya nikmat tersebut.
Syukur ini memberikan kesadaran betapa besarnya kemurahan dan kasih sayang Allah Ta’ala sehingga terlontar dari lidahnya pujian kepada-Nya.
Bahkan, syukur yang berangkat dari hati dan pikiran seperti ini akan terekspresi dalam bentuk sujud, yakni sujud syukur.
Ketiga, bersyukur dengan perbuatan
Seluruh anggota badan manusia diciptakan Allah Ta’ala sebagai nikmat. Implementasi dari rasa syukur ini adalah dengan menggunakan semua anggota tubuh tersebut untuk hal-hal yang positif saja.
Shalat seseorang merupakan bukti syukurnya. Puasa dan zakat seseorang juga bukti syukurnya. Apapun kebaikan yang dilakukan seseorang karena Allah Ta’ala adalah implementasi syukur.
Hal ini disimpulkan oleh Muhammad bin Ka’ab Al-Quradhi bahwa syukur pada intinya adalah bertakwa kepada Allah Ta’ala dengan beribadah dan beramal shaleh.
2. Lingkup Keluarga
Teladan Nabi Daud Alaihissalam dalam bersyukur tergambar dalam Hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim. Rasulullah SAW bersabda, “Shalat yang paling dicintai Allah adalah shalat Nabi Daud; ia tidur setengah malam, kemudian bangun sepertiganya dan tidur seperenam malam. Puasa yang paling dicintai Allah juga adalah Puasa Daud; ia puasa sehari, kemudian ia berbuka di hari berikutnya, dan begitu seterusnya.”
Dalam riwayat Ibnu Abi Hatim dari Tsabit Al-Bunani dijelaskan bagaimana Nabi Daud membagi waktu shalat istri, anak, dan seluruh keluarganya, sehingga tidak ada sedikit waktu pun, baik siang maupun malam, kecuali ada salah seorang dari mereka sedang menjalankan shalat (sesuai syariat Nabi Daud).
Dalam hal mencari rezeki, keteladanan Nabi Daud juga diabadikan dalam beberapa Hadits yang menyebut tentang keutamaan bekerja. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seseorang itu makan makanan lebih baik dari hasil kerja tangannya sendiri. Karena sesungguhnya Nabi Daud senantiasa makan dari hasil kerja tangannya sendiri.”
Nabi Daud bekerja tentunya bukan atas dasar tuntutan kebutuhan hidup karena ia seorang raja yang sudah tercukupi kebutuhannya. Namun, ia memilih sesuatu yang utama sebagai wujud rasa syukurnya yang tiada terhingga kepada Allah Ta’ala.
3. Lingkup Negara
Wujud syukur dalam lingkup ini adalah dengan menegakkan syariat Islam. Allah Ta’ala berfirman, ”Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui,” (al-Jaatsiyah [45]: 18).
Penerapan syariat Islam merupakan rasa syukur atas nikmat iman dan Islam, terlebih di negeri-negeri Muslim yang tengah dilanda berbagai macam krisis kehidupan.
Kewajiban menegakkan syariat Islam menjadi konsekuensi sekaligus solusi atas berbagai persoalan umat. Syariat Islam dibebankan kepada setiap mukallaf, pemimpin, dan orang yang memiliki tanggungjawab, baik lembaga negara atau lainnya.
Semua diperintahkan untuk menegakkan keadilan, amar ma’ruf nahi munkar, dan menghukum sesuai dengan hukum Allah Ta’ala. Rasulullah SAW dan para Sahabat telah melaksanakan tugas tersebut. Nabi Muhammad SAW, telah menegakkan syariat di seluruh aspek kehidupan, sejak berdirinya negara Madinah Al-Munawarah, hingga setelah beliau wafat.
Kita sudah memahami bahwa kekuatan hukum yang dibuat oleh lembaga yang lebih tinggi tidak boleh ditentang oleh lembaga yang lebih rendah. Syariat Islam merupakan hukum yang tertinggi. Karenanya, tidak boleh ada aturan yang dibuat manusia yang bertentangan dengan aturan Allah Ta’ala.
Wallahu a’lam bish shawab.
YA ALLAH
Ya Allah …
Aku bersyukur bahwa aku belum memiliki semua yg kuiinginkan, itu
memberiku alasan untuk mengejarnya.
Aku bersyukur tidak mengetahui segalanya, karena itu memberiku
kesempatan untuk belajar.
Aku bersyukur Engkau memberiku masa-masa sulit, karena di masa-masa
itulah aku dapat tumbuh dan berkembang.
Aku bersyukur untuk keterbatasanku dan ketidaksempurnaanku, karena itu
memberiku kesempatan untuk memperbaiki diri.
Aku bersyukur atas semua cobaan dan tantangan, karena aku yakin itu
akan membangun kekuatan dan karakterku.
Aku bersyukur atas rasa sedih, susah, duka dan nestapa, karena
merekalah aku bisa lebih tegar dan bijak.
Aku bersyukur atas segala kesalahan dan kegagalan, karena mereka
memberiku pelajaran yang berharga.
Aku bersyukur atas letih, lelah dan capekku, karena mereka kawan
terbaik usahaku.
Ya Tuhanku, Aku bersyukur Engkau tidak menjadikan segalanya mudah
bagiku, karena disanalah aku dapat menemukan makna hidupku dan lebih
mendekatkan diri padaMu.
Aku bersyukur atas apa yang telah aku dapat, yang telah aku capai
Dan aku bersyukur atas segala nikmat Mu
Aku bersyukur bahwa aku belum memiliki semua yg kuiinginkan, itu
memberiku alasan untuk mengejarnya.
Aku bersyukur tidak mengetahui segalanya, karena itu memberiku
kesempatan untuk belajar.
Aku bersyukur Engkau memberiku masa-masa sulit, karena di masa-masa
itulah aku dapat tumbuh dan berkembang.
Aku bersyukur untuk keterbatasanku dan ketidaksempurnaanku, karena itu
memberiku kesempatan untuk memperbaiki diri.
Aku bersyukur atas semua cobaan dan tantangan, karena aku yakin itu
akan membangun kekuatan dan karakterku.
Aku bersyukur atas rasa sedih, susah, duka dan nestapa, karena
merekalah aku bisa lebih tegar dan bijak.
Aku bersyukur atas segala kesalahan dan kegagalan, karena mereka
memberiku pelajaran yang berharga.
Aku bersyukur atas letih, lelah dan capekku, karena mereka kawan
terbaik usahaku.
Ya Tuhanku, Aku bersyukur Engkau tidak menjadikan segalanya mudah
bagiku, karena disanalah aku dapat menemukan makna hidupku dan lebih
mendekatkan diri padaMu.
Aku bersyukur atas apa yang telah aku dapat, yang telah aku capai
Dan aku bersyukur atas segala nikmat Mu
"TIADA KUASA KITA"
INGATLAH PADANYA......
Hujan ….
Kabarkan pada dunia lewat tetes tirta
Betapa besar karunia-NYA …sungguh agung tiada terkira
Wahai angin sepoi yang tak ubah laksana beliung
Sapalah mereka yang mulai melalaikan-NYA
Tegurlah mereka … insan yang kian jauh tuk tunaikan hak-Nya
Duh …
Bumi yang kini terbasahi …
Peringatkanlah para durjana yang kian merajalela
Tampakkanlah olehmu bahwa kegagahan hanyalah hiasan semata
Buktikanlah apa yang mereka damba adalah hal sia-sia
Rimbun perdu nan hijau …
Bergoyang ikuti alur sang bayu …
Kian cepat lalu tumbang
Ingatlah wahai para penghuni sementara
Seberapa besar jayamu dalam sekejap pun pasti kan sirna…
Hilang dalam sekejap …
Musnah tak berbekas
Apa yang kau bangga
Jika dengan air saja jadi merana
Apa yang kau harap
Bila tanah telah meratakan semuanya..
Apa yang kau impi tatkala sang bayu tiada lagi tersenyum berseri
Hujan ….
Kabarkan pada dunia lewat tetes tirta
Betapa besar karunia-NYA …sungguh agung tiada terkira
Wahai angin sepoi yang tak ubah laksana beliung
Sapalah mereka yang mulai melalaikan-NYA
Tegurlah mereka … insan yang kian jauh tuk tunaikan hak-Nya
Duh …
Bumi yang kini terbasahi …
Peringatkanlah para durjana yang kian merajalela
Tampakkanlah olehmu bahwa kegagahan hanyalah hiasan semata
Buktikanlah apa yang mereka damba adalah hal sia-sia
Rimbun perdu nan hijau …
Bergoyang ikuti alur sang bayu …
Kian cepat lalu tumbang
Ingatlah wahai para penghuni sementara
Seberapa besar jayamu dalam sekejap pun pasti kan sirna…
Hilang dalam sekejap …
Musnah tak berbekas
Apa yang kau bangga
Jika dengan air saja jadi merana
Apa yang kau harap
Bila tanah telah meratakan semuanya..
Apa yang kau impi tatkala sang bayu tiada lagi tersenyum berseri
Langganan:
Postingan (Atom)